![]() |
Owner Balad Grup, HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy. (Foto: Istimewa) |
Usai menembus jaringan mafia lobster Indonesia–Vietnam, Khalil mengukir tonggak baru dalam sejarah perikanan budidaya: membangun kemitraan strategis dengan empat perusahaan Vietnam dan lebih dari 100 ribu nelayan pembudidaya Benih Bening Lobster (BBL) di empat provinsi pesisir Vietnam.
“Perjalanan ini bukan sekadar bisnis,” ungkap Khalil dari Sheraton Saigon, tempatnya bermalam usai menyelesaikan agenda resmi di Hanoi, Jumat (18/7/2025). “Ini adalah jawaban atas panggilan sejarah dan darah leluhur yang mengalir dalam diri saya.”
Keempat provinsi yang menjadi pusat kemitraan budidaya lobster—Khanh Hoa, Phu Yen, Binh Dinh, dan Ninh Thuan—bukan wilayah biasa. “Keempatnya adalah bekas pusat utama Kerajaan Champa. Saya merasa ada panggilan leluhur untuk membangun kembali kejayaan dari sisi ekonomi,” ujar Khalil.
BALAD GRUP, holding company yang ia dirikan, telah membentuk empat perusahaan patungan (Joint Venture) dengan mitra lokal di masing-masing provinsi. “Dengan empat JV ini, kami menjalin hubungan langsung dengan lebih dari 100.000 nelayan Vietnam. Ini kerja kolosal, bukan sekadar transaksi dagang,” katanya.
Saat ditanya soal enam joint venture lainnya, Khalil memilih menjawab diplomatis. “Rasanya menjaga lisan agar terhindar dari cobaan itu lebih aman,” ucapnya sambil tersenyum, mengutip petuah Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang pentingnya menjaga tutur kata.
Menurutnya, proyek ini bukan hanya tentang bisnis budidaya lobster. “Ini adalah aksi korporasi lintas sejarah. Saya adalah trah ke-15 dari Raja Agung Champa Sri Jaya Singhavarman, dan dari jalur lain juga merupakan trah dari Sunan Gresik dan Sunan Ampel,” tutur Khalil penuh keyakinan. “Trah bukan kebanggaan, tapi tantangan yang harus saya jawab dengan prestasi.”
Perjalanan bisnis Khalil tidak hanya berhenti di Vietnam. Ia telah menyiapkan roadmap ekspansi hingga ke Tiongkok, menyusul jejak leluhur lainnya dari jalur ibu, yakni Sultan Fatah dari Demak dan Prabu Brawijaya V. “Vietnam adalah gerbang, China adalah medan berikutnya,” katanya menegaskan.
Dengan dua induk perusahaan—Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) dan Bandar Indonesia Grup—yang menaungi ratusan anak perusahaan di sektor perikanan dan pertambangan, Khalil menargetkan Vietnam sebagai pijakan awal menuju konglomerasi. “Semua saya mulai dengan Bismillah, di bawah naungan semboyan DABATUKA: Demi Allah, Bumi Aku Taklukkan Untuk Kemanusiaan,” tegasnya.
Kini, di hadapan patung Ho Chi Minh di jantung Kota Saigon, Khalil meneguhkan tekadnya. “Saya akan membumikan kejayaan ekonomi Champa dengan membangun kekuatan ekonomi baru di Vietnam. Ini bukan soal kejayaan masa lalu, tapi masa depan kemanusiaan,” pungkasnya.
Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
__________________
Ditulis berdasarkan pernyataan dan catatan pribadi HRM. Khalilur R Ab. S, Founder & Owner BALAD GRUP dan BIG (Bandar Indonesia Grup).
“Perjalanan ini bukan sekadar bisnis,” ungkap Khalil dari Sheraton Saigon, tempatnya bermalam usai menyelesaikan agenda resmi di Hanoi, Jumat (18/7/2025). “Ini adalah jawaban atas panggilan sejarah dan darah leluhur yang mengalir dalam diri saya.”
Keempat provinsi yang menjadi pusat kemitraan budidaya lobster—Khanh Hoa, Phu Yen, Binh Dinh, dan Ninh Thuan—bukan wilayah biasa. “Keempatnya adalah bekas pusat utama Kerajaan Champa. Saya merasa ada panggilan leluhur untuk membangun kembali kejayaan dari sisi ekonomi,” ujar Khalil.
BALAD GRUP, holding company yang ia dirikan, telah membentuk empat perusahaan patungan (Joint Venture) dengan mitra lokal di masing-masing provinsi. “Dengan empat JV ini, kami menjalin hubungan langsung dengan lebih dari 100.000 nelayan Vietnam. Ini kerja kolosal, bukan sekadar transaksi dagang,” katanya.
Saat ditanya soal enam joint venture lainnya, Khalil memilih menjawab diplomatis. “Rasanya menjaga lisan agar terhindar dari cobaan itu lebih aman,” ucapnya sambil tersenyum, mengutip petuah Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang pentingnya menjaga tutur kata.
Menurutnya, proyek ini bukan hanya tentang bisnis budidaya lobster. “Ini adalah aksi korporasi lintas sejarah. Saya adalah trah ke-15 dari Raja Agung Champa Sri Jaya Singhavarman, dan dari jalur lain juga merupakan trah dari Sunan Gresik dan Sunan Ampel,” tutur Khalil penuh keyakinan. “Trah bukan kebanggaan, tapi tantangan yang harus saya jawab dengan prestasi.”
Perjalanan bisnis Khalil tidak hanya berhenti di Vietnam. Ia telah menyiapkan roadmap ekspansi hingga ke Tiongkok, menyusul jejak leluhur lainnya dari jalur ibu, yakni Sultan Fatah dari Demak dan Prabu Brawijaya V. “Vietnam adalah gerbang, China adalah medan berikutnya,” katanya menegaskan.
Dengan dua induk perusahaan—Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) dan Bandar Indonesia Grup—yang menaungi ratusan anak perusahaan di sektor perikanan dan pertambangan, Khalil menargetkan Vietnam sebagai pijakan awal menuju konglomerasi. “Semua saya mulai dengan Bismillah, di bawah naungan semboyan DABATUKA: Demi Allah, Bumi Aku Taklukkan Untuk Kemanusiaan,” tegasnya.
Kini, di hadapan patung Ho Chi Minh di jantung Kota Saigon, Khalil meneguhkan tekadnya. “Saya akan membumikan kejayaan ekonomi Champa dengan membangun kekuatan ekonomi baru di Vietnam. Ini bukan soal kejayaan masa lalu, tapi masa depan kemanusiaan,” pungkasnya.
Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
__________________
Ditulis berdasarkan pernyataan dan catatan pribadi HRM. Khalilur R Ab. S, Founder & Owner BALAD GRUP dan BIG (Bandar Indonesia Grup).
0 Komentar